Pemerintah baru “SBY-Kalla”  sudah merasa tidak ada halangan untuk menaikkan harga BBM (kecuali  minyak tanah) awal Januari 2005. Artinya, seluruh warga masyarakat sudah  “sangat memahami” bahwa demi kelangsungan anggaran/keuangan pemerintah,  pengeluaran ekstra untuk subsidi BBM harus dipangkas, sehingga anggaran  subsidi ini dapat dipakai untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran  pemerintah yang jauh lebih penting dan mendesak seperti dana-dana untuk  pembangunan pendidikan dan pemberantasan kemiskinan.
Bahwa kenaikan harga BBM akan mengakibatkan kenaikan biaya transpor dan  kenaikan harga-harga bahan pokok kebutuhan rakyat, kiranya termasuk yang  sudah “dipahami” oleh rakyat. Rupanya rakyat sudah siap untuk tidak  lagi membiarkan pemerintah menunda-nunda kebijaksanaan ekonomi yang  realistis. Sebenarnya rakyat pun sadar bahwa kebijakan subsidi BBM  selama ini sebenarnya bukan kebijakan populis karena yang menikmati  subsidi BBM justru mereka yang tidak miskin yang mampu memiliki  kendaraan bermotor termasuk mobil-mobil mewah, dan bahkan  perusahaan-perusahaan atau pabrik-pabrik yang banyak menggunakan BBM  untuk mesin-mesin pabriknya. 
Satu implikasi penting dari “kesiapan rakyat” atas kenaikan harga BBM  adalah bahwa sesungguhnya banyak kebijakan ekonomi pemerintah selama ini  yang jelas-jelas tidak efisien, dan sekaligus tidak adil, ternyata  dibiarkan berkepanjangan, karena para pakar yang seharusnya kritis tidak  cukup berani dan rajin mengkritisinya. Keteledoran pakar-pakar ini  disayangkan, karena dampak buruk terhadap perekonomian nasional  dibiarkan berkepanjangan, lebih-lebih dalam hal membiarkan pelaku-pelaku  ekonomi kuat menikmati subsidi yang ditanggung oleh rakyat banyak.  Subsidi terhadap pabrik pupuk misalnya tidak seharusnya diteruskan  karena justru yang berhak menikmati subsidi adalah petani padi yang  miskin bukan justru pabrik-pabrik pupuk.
Demikian, kita sambut gembira kebijakan-kebijakan ekonomi yang bertujuan  menghapuskan aneka distorsi dalam perekonomian kita yang berakibat  buruk pada ekonomi rakyat kita. Para pakar dihimbau untuk meningkatkan  daya kritisnya terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi yang keliru yang  merugikan ekonomi rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar